CARA KREATIF BELAJAR SINEMATOGRAFI dari RUMAH di TENGAH
PANDEMIK COVID-19
Hai guys! Akhirnya kembali lagi diblog aku,eh iya pada
dirumah aja kan?pastinya harus dirumah aja untuk memutuskan rantai virus yang
menyebar di INDONESIA.Buat yang dirumah kan yok kita belajar dari rumah dan
bekerja dari rumah.
Karena aku seorang mahasiswi jadi kuliah ku dialihkan menjadi
kuliah online,supaya mata kuliah tetap berjalan dengan kondusif.Ada salah satu
mata kuliah Sinematografi yang belajar tentang perfilman bener – bener mata
kuliah favorite,tapi dengan adanya karantina buat kami stop untuk belajar tatap
muka,supaya kita aman dan sehat.Semoga cepat pulih Bumi ku.
Aku bakalan kasih tips cara kreatif belajar
Sinematorgrafi dari rumah di tengah pandemik covid -19.Pasti kalian punya
handphone semua kan? Nah dari Handphone kita bisa belajar teknik dasar Sinematografi
dengan steady camera.
1.
Extreme Long Shot
Teknik Extreme Long Shot biasanya dilakukan ketika kamu ingin
memperkenalkan sebuah gambar awal yang menunjukkan seluruh lokasi sebuah adegan
atau isi ceritanya. Teknik ini membuat gambar yang diambil terlihat jauh dan
kecil. Dimensi yang ingin ditangkap otomatis bersifat lebar.
Teknik ini memperlihatkan bahwa kamu ingin menunjukkan set
lokasi di mana adegan atau scene tersebut terjadi (pengenalan
lokasi). Biasanya rule of third diindahkan, namun tidak lama-lama
karena langsung disambung dengan shot lain yang memperhitungkan aturan rule
of third.
2.
Very Long Shot
Kamu bisa langsung menggunakan teknik Very Long Shot dari
Extreme Long Shot. Satu hal yang perlu diperhatikan, harus ada setidaknya satu
objek utama yang mau kamu tonjolkan. Set lokasi boleh sama karena di sini kamu
berusaha menunjukkan siapa atau apa yang mau kamu tekankan atau sampaikan.
3.
Long Shot
Teknik long shot cinematography adalah untuk mengantarkan mata
penonton kepada keleluasaan suatu objek (who or what). Dalam istilah
lain dikenal dengan nama landscape format size. Biasanya digunakan
untuk opening shot dengan diwakilkan oleh gambar atau objek
seutuhnya dengan mengedepankan aturan rule of third.
4.
Medium Close Up
Hampir sama dengan medium shot, medium close
up juga bisa kamu gunakan sebagai alternatif lain saat kamu sedang
menggarap video wawancara. Dikenal dengan istilah potret setengah badan,
keunggulan yang bisa kamu dapatkan ketika memadukan antara medium shot dengan medium
close up adalah gambar yang dinamis dan mendetail sehingga penonton
tidak jenuh.
Sudut pandang atau camera angle juga
memengaruhi dua teknik ini. Ada baiknya sudut pengambilan gambarnya berbeda.
Misalkan medium close up kamu ambil dari kanan, lalu medium shot kamu ambil dari
sebelah kiri.
6. Close Up
Kalau medium shot merupakan teknik terbaik,
maka close up adalah teknik yang paling populer digunakan.
Komposisi ini memiliki karakter fokus pada wajah orang. Teknik close up juga
cocok digunakan baik untuk wawancara maupun adegan tertentu karena
memperlihatkan dengan jelas reaksi atau ekspresi orang.
Konsep Dasar Membuat Film
Sebuah karya film terdiri dari integrasi jalinan
cerita. jalinan cerita terbentuk dari menyatunya peristiwa atau adegan-scene.
Adegan terdiri dari beberapa sudut pengambilan gambar-shot. Dengan demikian,
penggarapan sebuah karya film yang harus diupayakan sesempurna mungkin. Ada
beberapa shot yang biasanya perlu diulang atau diperbaiki untuk mendapatkan
hasil yang paling baik. proses itu disebut re-take.
1. Prinsip Penggunaan
Bahasa Film
Komunikasi yang tercipta melalui media film
hanya berjalan satu arah yakni kepada komunikan atau penonton. Untuk
menyampaikan amanat film tersebut, dibituhkan suatu media. Oleh karena itu
terdapat 3 faktor utama yang mendasari bahasa film, yaitu :
a. Gambar/visual
Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama. Oleh karena itu, andalkan terlebih dahulu kemampuan penyampaian melalui mediagambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri diluar alur cerita.
Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama. Oleh karena itu, andalkan terlebih dahulu kemampuan penyampaian melalui mediagambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri diluar alur cerita.
Keberadaan suara berfungsi sebagai sarana
penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang akan disampaikan
melalui bahasa gambar. Sound effect dan ilustrasi musik akan sangat berguna
untuk menciptakan mood atau suasana serta memperkuat informasi.
c. Keterbatasan waktu
Faktor keterbatasan waktulah yag mengikat dan
membatasi pengguanaan kedua sarana bahasa film diatas. Oleh karenanya, perlu
diingat bahwa informasi yang penting saja yang diberikan. Penonton menganggap
semua yang ditampilkan adalah penting. Jika ada informasi yang tidak penting,
penonton akan menganggapnya penting, sehingga dapat membingungkan imajinasi.
2. Seni
Memahami Karakter Penonton
Berkarya dalam film memiliki sisi keasyikan
tersendiri karena ada semacam seni atau permainan untuk emmahami karakter
penonton. Komunikasi media film hanya berjalan one way traffic/satu arah. Oleh
karena itu, pembuat karya film harus jeli melihat segmen penontonnya.
a.
Kemampuan menduga
Salah satu keasyikan penonton yang harus kita
hargai adalah kemampuan emnduga adegan selanutnya. Hal tersebut muncul ketika
pelaku dan alurnya bisa dipahami oleh penonton dan sanggup menggerakkan pikiran
sebagai efek dari planting information (penanaman, informasi) sebelumnya.
b. Faktor Penurut
Keasyikan yang lain adalah ketika penonton
cenderung menuruti alur dan informasi yang diberikan meskipun secara sengaja
informasi utama disembunyikan sehingga mereka salah mengerti/salah menduga.
Ketika informasi utama/informasi yang benar tersebut diberikan, penonton akan
merasa mendapatkan surprise.
c. Identifikasi
Pada umumnya, setiap penonton cenderung tertarik
pada tokoh yang baik atau memiliki kemampuan hebat. Mereka kemudian
mengidentifikasikan dirinya/ terbawa secara emosional kepada tokoh tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penokohan adalah tokoh yang mampu membuat
simpati penonton berubah-ubah.
d. Kemampuan Kalkulasi
Hampir serupa dengan kemampuan menduga diatas,
tetapi lebih dititikberatkan pada keinginan penonton untuk menghitung alur
pemecahan masalah. Kelkulasi tersebut akan emmungkinkan penonton untuk untuk
mempersiapkan tenaga saat menghadapi adegan-adegan yang membutuhkan pemecahan
masalah yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
e. Kemampuan Mata dan
Telinga
Kedua kemampuan yang biasa diperhitungkan oleh
pembuat film adalah kemampuan penglihatan, yang lebih diandalkan untuk menerima
informasi, di dukung dengan daya pendengaran. Akan lebih meletihkan bila hanya
mengandalkan suara sebagai penyampai informasi. Oleh karena penonton terlanjur
terbiasa menggunakan gambar untuk membantu imajinasinya.
3. Mekanisme
Produksi
Mekanisme produksi yang akan dibahas disini
adalah tahap-tahap yang biasa dilalui dalam proses produksi film dan
disesuaikan dengan produksi film indie yang diadaptasi dari penggarapan film
layar lebarberdurasi panjang.
a. Mengolah Ide Cerita
Hal yang perlu diperhatikan adalah mengolah ide
cerita menjadi sebuah skenario dengan beberapa tahap yang biasa dilalui agar
arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar dan agar kerangka ceritanya
terkunci. Setiap tahapnya akan dibicarakan lebih lanjut dalam pembahasan
mengenai skenario.
b. Skenario Draft Awal
Mengolah kembali skenario draft awal untuk
mendapatkan draft final skenario. Hal tersebut bisa dilakukan dalam beberapa
kali briefing praproduksitriangle system, yaitu sutradara, produser an penulis
skenario.
c. Menyusun Kru
Produksi
Setelah konsep produksi dan perkiraan rencana
kebutuhan disepakati, perlu kiranya merekrut kru produksi yang sesuai dengan
bidang yang ada dilapangan.
d. Melengkapi Formulir Produksi
Setelah mendpatkan kru yang solid, diadakan
rapat produksi bersama untuk melengkapi formulir dan berbagai catatan produksi
secara lengkap sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan.
e. Casting Pemeran
Untuk memerankan tokoh yang digambarkan dalam
skenario, dibutuhkan casting pemeran. Tahap casting sebenearnya tidak mudah.
Jangan sampai memilih teman sebagai pemeran utama tanpa memiliki bekal seni
acting, ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan, antara lain pembawaan
naskah acting atapun postur tubuh yang sesuai dengan tuntutan skenario
sutradara.
f. Reading dan Rehearsal Talent
Pada tahap reading, talent dituntut bisa
membawakan dialog dalam skenario dnegan pas, meliputi dialek, pemahaman
karakter yang dimainkan, mimik wajah, dll. Dalam rehearsal, talent harus
menguasai blocking sesuai oermintaan sutradara. Jika memungkinkan, talet bisa
berlatih di lokasi yang akan digunakan dalam proses pengambilan gambar. Jika
perlu, talent yang telah terpilih dikarantina dalam satu tempat khusus untuk
beradaptasi antara satu sama lain dan terfokus pada film yang akan mereka
bintangi
g. Menentukan Lokasi
Masih pada tahap praproduksi, departemen lain,
yaitu departemen penyutradaraan, dibantu oleh departemen produksi mencari loasi
yang sesuai dengan location on script.
h. Penyiapan Perangkat Produksi
Jangan lupa untuk selalu mengecek segala
perangkat produksi serta kelayakan pemakaian kualitas dan kapasitas kerja
supaya proses produksi yang dijadwalkan tidak terhambat.
i. Briefing Produksi
Briefing produksi juga merupakan tahap yang penting agar produksi terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan. Selain itu, briefing produksi merupakan langkah bagi setiap kru yang tergabung dalam pelaksana produksi untuk beradaptasi. Agar pemahaman cara kerja masing masing wewenang, dan batas kerjanya tidak tumpang tindih, pengaturan hendaknya disesuaikan dengan intruksi sutradara sebagai pemimpin produksi di lapangan
Briefing produksi juga merupakan tahap yang penting agar produksi terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan. Selain itu, briefing produksi merupakan langkah bagi setiap kru yang tergabung dalam pelaksana produksi untuk beradaptasi. Agar pemahaman cara kerja masing masing wewenang, dan batas kerjanya tidak tumpang tindih, pengaturan hendaknya disesuaikan dengan intruksi sutradara sebagai pemimpin produksi di lapangan
j. Shooting
Setelah semua persiapan produksi dilakukan
dengan tertib, langkah berikutnya adalah tahap produksi, yaitu shooting. Bisa
dikatakan bahwa 70% proses produksi dihabiskan untuk tahap praproduksi
pematangan konsep produksi pada tahap praproduksi memungkinkan pelaksanaan
produksi tak banyak membuang waktu untuk membicarakan dari mana kamera merekam
gambar, apa saja yang dilakukan talent saat itu, atau bahkan terlupakannya
properti produksi yang harusnya ada. Dengan kata lain, pelaksanaan shooting
hanya tinggal melakukan apa yang telah direncanakan secara matang pada tahap
praproduksi.
k. Evaluasi kerja produksi
Setelah selesai melakukan pengambilan gambar,
usahakan untuk melakukan evaluasi kerja produksi setiap hari. Hal tersebut
bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tak terulang
kembali pada hari berikutnya
l. Editing
Tahap berikutnya adalah tahap terakhir/editing.
Hal yang dilakukan bukanlah sekedar memilih gambar dan menggabungkannya saja,
tetapi lebih dari itu. Pemberian sentuhan seni juga perlu dilakukan, seperti
memberi visual effect/sound effect yang mendukung jalannya cerita.
m. Penanyangan Film Perdana
Proses editing memang merupakan akhir dari
proses produksi. Namun prosesnya tak berhenti sampai disitu saja. Pemasaran
karya film baru saja dimulai. Pertama kali diadakan premiere/launching
penayangan film perdana. Dari situlah, karya film siap untuk diputar dan
dipertontonkan kepada masyarakat umum.